Blogger Themes

Pages

Jumat, 02 November 2018

Presean Kesenian Khas Lombok

Bentuk lain dari kesenian khas yang dimiliki masyarakat Lombok adalah Presean. Seni tradisi ini dilakukan dengan cara adu ketangkasan. Presean merupakan seni tradisi yang ada di masyarakat Lombok. Tradisi ini semacam seni bela diri dalam adu ketangkasan antar Pepadu atau ksatria suku Sasak. presean ini hanya dilakukan pelh kaum adam saja untuk menguji seberapa tangguhnya mereka. 
Tradisi ini dilakukan dengan menggunakan penjalin, terbuat dari rotan yang dibaluri aspal hitam dan di dalamnya terdapat pecahan beling yang diikat dengan benang bola warna putih. Penjalin digunakan sebagai alat untuk saling memukul. Ukuran panjangnya sekitar 1,5 meter. Sedangkan perisai untuk menepis pukulan lawan disebut Ende yang terbuat dari kulit sapi. Bentuknya segi empat berukuran sekitar 40x60 cm.
 Dalam pertunjukannya, Presean ini dilakukan di tengah arena ditonton oleh seluruh masyarakat yang ada dan diiringi musik bernuansa perang, yang di harapkan tradisi presean ini akan tetap ada suapaya bisa menjadi tradisi turun temurun. Banyak cerita dan mitos mengenai tradisi Presean. Masyarakat di Desa Sapit, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur, NTB misalnya sering menguji ketangkasan kanuragan yang disebut dengan istilah Begelepekan, yaitu menguji ilmu kanuragan dengan cara saling jajal kekuatan dan dilakukan pada malam hari.



Upacara Nyongkolan Lombok



Dalam adat budaya suku sasak di Lombok, tradisi Nyongkolan merupakan salah satu upacara wajib dalam prosesi pernikahan. Nyongkolan adalah puncak dari tahapan ritual pernikahan adat Sasak. Acara ini dilakukan dengan arak-arakan (pawai) pasangan pengantin layaknya seorang raja dan ratu menuju kediaman mempelai wanita. Seremonial ini biasanya diadakan selepas waktu sholat zuhur hingga sore hari.
Rombongan Nyongkolan terdiri dari keluarga, masyarakat sekitar dan kerabat mempelai pria maupun wanita. Jika jarak antara rumah pengantin laki-laki masih cukup dekat, titik awal Nyongkolan akan dimulai dari kediaman mempelai pria. Namun jika jaraknya jauh, rombongan akan diangkut menggunakan kendaraan dan memulai iring-iringan rombongan Nyongkolan dari perbatasan desa mempelai wanita. Tujuannya adalah untuk mengumumkan kepada masyarakat setempat bahwa seorang gadis asal desa tersebut telah resmi dipersunting oleh pria dari desa lain menjadi pasangan suami-istri yang sah. Hal ini sangat penting dikarenakan seluruh prosesi pernikahan dilaksanakan di kediaman mempelai laki-laki.
Agar jelas terlihat oleh masyarakat yang berdiri di pinggir jalan, pasangan pengantin akan dibalut dengan pakaian adat khas suku sasak. Mempelai pria dan wanita kemudian diarak dengan menggunakan kuda kayu yang dipanggul oleh empat orang pria. Jika tidak, mempelai pria akan berjalan dengan didampingi dua orang pemuda dan dua orang gadis mendampingi mempelai wanita. Dedare-dedare (gadis-gadis), terune-terune (pemuda), pemuka agama, tokoh masyarakat, beserta kerabat dan sanak saudara mempelai pria turut mengiringi dengan balutan pakaian adat khas suku Sasak. Rombongan juga akan diiringi oleh grup musik tradisional Gendang Beleq, Cilokak atau Kelentang.